Kisah Kristalisasi Keringat Seorang Tukul Arwana
7:41 AM
Diposkan oleh Unknown
Siapa tidak kenal dengan Tukul Arwana? Ya, banyolan yang khas, tepuk tangan ala monyet, bahasa inggris yang kacau, kepolosan dan penampilan konyol yang menjadi trade mark-nya, mampu mengantarkan pria bernama asli Tukul Riyanto ini mencapai puncak keemasannya dan disebut-sebut sebagai pelawak dengan bayaran tertinggi di Indonesia . Bukan cuma melawak yang menjadi keahliannya, kini ia juga dimintai untuk menjadi seorang motivator. Bisnis rumah kontrakannya juga menguntungkan, terakhir ia mencoba melirik pasar kuliner dengan memasarkan "bakso tukul arwana"
Sejak lahir, ia diberi nama Riyanto, bukan Tukul Riyanto seperti yang dikenal sekarang. Karena ia sering sakit, namanya ditambah kata “Tukul” menjadi Ttukul Riyanto. Anehnya, setelah namanya diubah demikian, ia menjadi jarang sakit. Ia pun akhirnya akrab dipanggil Tukul. Di usia 5 bulan, Tukul yang sering sakit diasuh oleh tetangganya, Suwandi. Orang tua Tukul, Abdul Wahid dan Sutimah (alm.) yang memiliki empat orang anak rela menyerahkan Tukul, karena Suwandi sangat ingin menjadikan Tukul sebagai anak angkat.
Dengan bakat alaminya, Tukul muda sudah mulai melawak sejak kelas VI SD. Berbagai macam perlombaan lawak, mulai dari tingkat Kotamadya Semarang, Jawa Tengah, DKI, dan Jabotabek, serta tingkat nasional ia coba. Usahanya ini tidak sia-sia. Ia berhasil menjuarai berbagai perlombaan melawak. Setelah lulus SD, putra ketiga dari pasangan Abdul Wahid dan almarhumah Sutimah itu melanjutkan sekolahnya ke SMP Muhammadiyah Indraprasta. Namun, pada saat Tukul duduk di bangku kelas III, orang tua angkatnya, Suwandi mengalami kesulitan ekonomi. Bahkan, rumah yang selama itu ditempatinya harus dijual. Puncaknya, saat menuntut ilmu di SMA Ibu Kartini, Jalan Sultan Agung, Semarang, Tukul mulai kesulitan untuk membayar biaya sekolah. Tukul pun mulai mencari pekerjaan untuk membiayai sekolahnya.
Selepas SMA, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, selain melawak ia juga pernah bekerja sebagai sopir angkutan (jurusan Johar-Panggung di Semarang). Setelah dua tahun, Tukul berganti pekerjaan menjadi sopir truk gas elpiji di daerah Tanah Mas, Semarang Utara selama dua tahun, sebelum akhirnya kembali menjadi sopir angkutan. Setelah berganti-ganti pekerjaan, Tukul akhirnya memuntuskan untuk hijrah Jakarta atas ajakan temannya Joko Dewo dan Tony Rastafara sekitar tahun 1992. Selama beberapa tahun di Jakarta, nasibnya belum juga berubah.
Di kontrakannya yang terletak di bilangan Blok S Jakarta Selatan, Tukul banyak dibantu Joko Dewo dan Tony Rastafara untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam keadaan ekonomi yang belum berkecukupan, Tukul menikah dengan gadis berdarah Padang bernama Susiana. Ia dikaruniai 2 orang anak perempuan dan laki laki. Perempuan bernama Novita Eka Afriana dan yang kecil bernama Wahyu Jovan Utama.
Setelah menikah, Tukul dan keluarganya tinggal di sebuah kontrakan di daerah Cipete Utara. Sampai akhirnya Tukul melamar kerja di Radio Humor SK dan bekerja di sana bersama rekan pelawak yang lain seperti Bagito, Patrio, Ulfa Dwiyanti, dan lain-lain. Sebelumnya, Tukul sempat menjadi sopir pribadi untuk menafkahi keluarganya.
Nasib mujur Tukul semakin membaik ketika ia diajak dalam produksi Lenong Rumpi oleh Ramon Tommybens. Titik balik kariernya pun mencuat ketika menjadi pendamping Joshua di video klip “Air” dengan iKon diobok-obok-nya sekitar tahun 1997.
Nama Tukul Arwana semakin melambung ketika dipercayai untuk menjadi pembawa acara acara musik “Aduhai” di TPI serta acara “Dangdut Ria” di Indosiar. Saat ini, namanya kian melesat ketika TV7 (kini Trans7) mempercayakannya menjadi pembawa acara talk show Empat Mata (Kini Bukan Empat Mata) sejak 2005..
Tukul kini boleh jadi telah menjadi semacam ikon atau simbol orang desa yang mampu ‘menaklukkan’ kota. Pengakuannya sebagai orang kelahiran desa, dengan tingkah laku ! yang kampungan, slapstik, seakan menjadi simbolisasi kesuksesan yang benar-benar dimulai dari bawah. Maka, tak heran, ia dianggap mampu menjadi representasi kebanyakan orang yang ingin sukses. Inilah yang membuat banyak orang mau antri untuk datang ke acaranya, selain tentu untuk menikmati banyolan-banyolannya.
“Saya sudah kenyang diremehkan, dicaci, dan dicibir. Saya jalan dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu panggung ke panggung yang lain. Dan inilah yang sekarang saya terima,” tandasnya
This entry was posted on October 4, 2009 at 12:14 pm, and is filed under
Figur Teladan
. Follow any responses to this post through RSS. You can leave a response, or trackback from your own site.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Tengkurap di atas tikar dengan bertopang pada siku tangan, pria bernama Faisal Rusdi itu menyapukan kuas pada kanvas lukis yang tersand...
-
Di dalam sebuah sumur menetas dan tumbuh hampir bersamaan tiga ekor binatang, yaitu seekor siput, kura-kura, dan katak. Mereka bersaha...
-
Nama anak ini yaitu Caine Monroy. Berbeda dengan tingkah-pola anak-anak seumurannya, Caine saat ini memiliki toko mainan yang terbuat...
-
Ada-ada saja cara Rusia menciptakan terbentuknya kawanan sosial yang semakin akrab diantara mereka, ya, sebuah cara membuat sebuah k...
-
Siapa tidak kenal dengan Tukul Arwana? Ya, banyolan yang khas, tepuk tangan ala monyet, bahasa inggris yang kacau, kepolosan dan penam...
-
Banjir…banjir…banjir menyerang Jakarta. Yups, beginilah keadaan ibukota sekarang ini. Bundaran HI seperti ibarat kolam ditengah kola...
-
MOSKOW – Seorang seniman Rusia, Nikolai Aldunin, membuat kreasi karya seni miniatur yang sangat menakjubkan. Aldunin membuat sebuah ukir...
-
Istri ke-1 : Tua dan jelek, biasanya tidak diperhatikan. Istri ke-2 : Agak cakep, agak diperhatikan. Istri ke-3 : Lumayan cakep dan cukup ...
-
Seorang pemuda mempunyai 3 pertanyaan. Ia mencari seorang guru agama yang bisa menjawab pertanyaannya. "Apakah anda bisa menjawab per...
-
Suatu senja, seorang wanita melangkahkan kaki mendekati kediaman Nabi Musa. Setelah mengucapkan salam, dia masuk sambil terus menunduk. Ai...
Post a Comment