Ketika Keterbatasan Pendengaran Menjadi Sebuah Kelebihan, Ialah Angkie Yudistia
7:07 AM
Diposkan oleh Unknown
"Kenapa saya punya keterbatasan? Kenapa harus saya", ujar gadis cilik berusia 2 tahun tatkala ia divonis dokter menderita tunarungu. Hanya kasih sayang orangtuanyalah yang mampu membuat ia bertahan hingga sekarang meski setiap saat harus memakai alat bantu dengar. Ia mengungkapkan bahwa mengalami diskriminasi merupakan hal lazim yang
dialami, karena ia menjalani pendidikan di sekolah umum. Sebagai
penyandang tuna rungu ia selalu dikucilkan oleh kawan-kawan sebayanya.
“Ketika di jenjang SD, SMP dan SMA, saya selalu jadi pusat perhatian,
namun kala itu saya tidak mendapat perhatian karena berhasil jadi artis
remaja atau bintang iklan. Mereka memperhatikan, karena saya adalah
seorang tuna rungu, yang acapkali bicara terbata-bata dan amat jarang
merespon teguran atau bahkan sapaan orang-orang sekitar”. Namun seiring waktu berjalan, ia dapat merubah itu semua, dari suatu keterbatasan menjadi sebuah kelebihan. Gadis kecil itu bernama Angkie Yudistia.
Maka, mendaftarlah Angkie di Jurusan Periklanan London School of
Public Relations, Jakarta, dan lulus dengan indeks prestasi kumulatif
3,5. Dengan program akselerasi, Angkie kemudian melanjutkan program
master di bidang komunikasi pemasaran.
Angkie selalu menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang tunarungu dalam setiap interview. Inilah getirnya kehidupan, berbulan-bulan ia melamar pekerjaan di berbagai tempat, selama itu juga
ia telah ditolak hingga lebih dari 20 perusahaan dengan alasasan yang
beragam namun pada intinya sama, yakni mereka tidak menghargai kekurangan seseorang. Yang terlebih menyakitkan lagi adalah ketika ia ditolak mentah-mentah,
ketika perusahaan yang dilamar itu mengetahui bahwa Angkie tidak dapat
menggunakan fasilitas telepon.
Kendati begitu, Angkie tetap berusaha, berusaha dan berusaha tanpa
mengenal lelah. Ia beranggapan bahwa di tolak dari sebuah perusahaan
atau dua puluh perusahaan sekalipun, tidak mengahalangi niatnya untuk
mencobanya lagi. Ia selalu yakin bahwa di Indonesia ini terdapat ribuan
perusahaan, dan mengenai ditolaknya ia pada saat melamar sebelumnya sama
sekali tidak di ambil hati. Justru itu semua menjadi semacam motivasi
yang melecut dalam diri Angkie, sampai datang sebuah kesempatan untuknya
bekerja sebagai humas dari sebuah perusahaan multi nasional.
Kini, belasan tahun berlalu semenjak pertama kali ia divonis dokter,
Angkie benar-benar membuktikan bahwa dengan keterbatasannya mendengar
dapat dirubah menjadi sebuah kelebihan. Usai meraih gelar S2, perlahan
demi perlahan Angkie bangkit untuk mengejar impiannya. Menjadi finalis
Abang None yang mewakili Jakarta Barat, lalu menjadi duta Indonesia
untuk perhelatan Asia-Pacific Development Center of Disability di
Bangkok, Thailand.
Dan, tak lupa ia pun turut memberikan dorongan moral serta semangat untuk penderita difabel lainnya, dengan mendirikan Thisable Enterprise yang perduli terhadap permasalahan sosial dengan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial yang meliputi pemberdayaan kaum penyandang disabilitas di Indonesia.
Angkie juga aktif membantu Yayasan Tuna Rungu Sehjira,
bersama para perempuan penyandang disabilitas lainnya untuk berbagi
pengalaman agar dapat menerima keterbatasan dan memaksimalkan segala
potensi yang dimiliki mereka.
Kini, cita-cita kecil Angkie sudah tercapai. Tapi ia masih terus ingin
melebarkan sayapnya. Sebuah buku yang menginspirasi pun dia telurkan,
yakni Perempuan Tunarungu Menembus Batas. “Saya ingin seperti Helen
Keller (penulis yang tunarungu dan tunanetra). Dengan keterbatasannya,
ia tetap bisa mencapai cita-cita yang luas,” ujar Angkie dengan serius.
"Dream what you want to dream, go where you want to go, be what you want to be, because you have only one chance to do all things you want in life" demikian pesan dari seorang perempuan tunarungu penembus batas, Angkie Yudistia.
Sumber : kompasiana.com
This entry was posted on October 4, 2009 at 12:14 pm, and is filed under
Figur Teladan
. Follow any responses to this post through RSS. You can leave a response, or trackback from your own site.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Tengkurap di atas tikar dengan bertopang pada siku tangan, pria bernama Faisal Rusdi itu menyapukan kuas pada kanvas lukis yang tersand...
-
Di dalam sebuah sumur menetas dan tumbuh hampir bersamaan tiga ekor binatang, yaitu seekor siput, kura-kura, dan katak. Mereka bersaha...
-
Nama anak ini yaitu Caine Monroy. Berbeda dengan tingkah-pola anak-anak seumurannya, Caine saat ini memiliki toko mainan yang terbuat...
-
Ada-ada saja cara Rusia menciptakan terbentuknya kawanan sosial yang semakin akrab diantara mereka, ya, sebuah cara membuat sebuah k...
-
Siapa tidak kenal dengan Tukul Arwana? Ya, banyolan yang khas, tepuk tangan ala monyet, bahasa inggris yang kacau, kepolosan dan penam...
-
Banjir…banjir…banjir menyerang Jakarta. Yups, beginilah keadaan ibukota sekarang ini. Bundaran HI seperti ibarat kolam ditengah kola...
-
MOSKOW – Seorang seniman Rusia, Nikolai Aldunin, membuat kreasi karya seni miniatur yang sangat menakjubkan. Aldunin membuat sebuah ukir...
-
Istri ke-1 : Tua dan jelek, biasanya tidak diperhatikan. Istri ke-2 : Agak cakep, agak diperhatikan. Istri ke-3 : Lumayan cakep dan cukup ...
-
Seorang pemuda mempunyai 3 pertanyaan. Ia mencari seorang guru agama yang bisa menjawab pertanyaannya. "Apakah anda bisa menjawab per...
-
Suatu senja, seorang wanita melangkahkan kaki mendekati kediaman Nabi Musa. Setelah mengucapkan salam, dia masuk sambil terus menunduk. Ai...
Post a Comment